Putri Dari Salah Satu Anggota Persada Sulsel Berhasil Menjuarai Lomba Esai
Data Peserta
Tempat Tanggal Lahir :Makassar, 25 April 2003
Asal Sekolah :SMA Negeri 17 Makassar
Kelas :11
Alamat E-mail :nurfaiqahardjo4@gmail.com
Nurfaiqa Hardjo,. putri dari Dr. Marhaen Hardjo, M.Biomed, PhD salah satu anggota dari Persada Sulsel, telah memenangkan lomba esai bertemakan "Inspirasi Remaja Untuk dan Dari Jepang" dengan meraih peringkat pertama. Lomba yang diselenggarakan oleh konjen jepang ini sebagai bentuk persahabatan antara jepang – Indonesia.
Kegiatan yang diadakan pada tanggal 14 oktober sampai dengan 13 desember 2019, juga bekerjasama dengan pemerintah provinsi sulawesi selatan dan mgmp bahasa jepang sulawesi selatan.
Berikut Esai dari Nurfaiqa Hardjo:
“Dari Jepang untuk
Indonesia dan Dari Indonesia untuk Jepang”
Jepang
dan Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda. Perbedaan ini tidak menjadi
alasan bagi kedua negara ini untuk menjalin hubungan persahabatan antar negara lebih
dari 60 tahun lamanya. Hubungan persahabatan ini terjalin salah satunya karena
adanya kerjasama yang baik. Misalnya, kerja sama dalam bidang kebudayaan.
Pengenalan budaya antar negara ini adalah salah satu kunci penting kerja sama
ini. Melalui pengenalan dan memahami budaya antar satu sama lain, ikatan kedua
negara dapat terjalin akan terbangun dengan kuat.
Memang
tidak ada negara yang sempurna. Setiap negara memiliki kelebihan dan kekurangannya
masing-masing. Tetapi, dari perbedaan budaya dan kebiasaan tersebut, sebenarnya
kedua negara bisa saling belajar. Saling memahami dan mempelajari satu sama
lain. Dengan saling mempelajari, akan memicu kedua negara untuk terus saling memahami
serta memotivasi untuk memenuhi kekurangan yang ada. Misalnya, hal-hal apa saja
yang dapat kita pelajari?
Kebersihan dan Kesadaran
Di
Jepang, kebersihan merupakan sesuatu hal yang sangat menonjol. Kebersihan jalan-jalan,
tempat umum, bahkan ruangan pribadi, serta kerapian tata ruangan dan juga
kerapian diri. Kebersihan Jepang ini didapat dari pendidikan, salah satunya. Pemahaman
untuk menjaga kebersihan telah ditanamkan oleh anak-anak Jepang sejak dini. Di
Jepang, sejak Sekolah Dasar anak-anak diajarkan untuk membersihkan kelasnya
sebelum kegiatan belajar-mengajar dimulai. Di luar sekolah, para orang tua juga
berperan aktif dalam menanamkan kebiasaan untuk menjaga kebersihan di mana pun
berada.
Tentunya, di Indonesia, terutama di
Makassar, juga diterapkan kebiasaan untuk menjaga kebersihan. Misalnya, di
sekolah, terdapat istilah ‘piket harian.’ Sebuah jadwal membersihkan kelas untuk
masing-masing siswa. Bahkan, di tingkat pemerintahan, khusus pemerintah kota Makassar
membuat kebijakan sistem kebersihan yang dinamakan dengan LISA (Lihat Sampah
Ambil). Sistem ini juga diajarkan kepada
anak-anak sejak dini. Namun, mengapa kebiasaan menjaga kebersihan masih tak
melekat pada kebanyakan masyarakat Indonesia? Mengapa di pinggiran jalan masih
banyak ceceran sampah? Selokan penuh dengan limbah? Orang-orang juga masih
menganggap hal itu hal yang biasa? Mengapa orang-orang terus membuang sampah
sembarangan? Mereka tetap bersikap acuh tak acuh? Jawabannya adalah kurangnya kesadaran
di antara kita.
Kesadaran merupakan sesuatu yang tumbuh
dari diri sendiri. Kesadaran untuk berinisiatif melakukan sesuatu yang murni
dari keinginan sendiri. “Jika bukan saya, maka siapa lagi yang dapat
melakukannya?” kesadaran seperti inilah yang patut dikembangkan pada pola pikir
masyarakat Indonesia. Piket harian di sekolah hanya menjadi sekedar ‘tugas’ di
mata siswa-siswi sebuah tugas untuk membersihkan kelas pada pagi hari, setelah
itu mereka akan kembali “mengotori” kelasnya sendiri. Menurut Saya, pemikiran
inilah yang harus diubah. Menjaga kebersihan bukan merupakan hal yang dilakukan
ketika disuruh saja, namun sesuatu yang harus dilakukan secara konstan atau
terus menerus, dan suka rela tumbuh dari kesadaran pribadi. Sehingga,
manfaatnya dapat dirasakan bersama. Kebiasaan masyarakat Jepang yang selalu
sadar akan pentingnya kebersihan bukan hanya untuk diri sendiri, namun juga
untuk orang di sekitar yang dapat menjadi pelajaran bagi masyarakat Indonesia.
Kepedulian akan lingkungan sekitar dan orang di sekitar adalah hal yang dapat
kita tanamkan kepada anak-anak generasi Indonesia yang akan datang.
Kyushoku dan Tanggung Jawab Bersama
Untuk dapat mengembangkan generasi yang lebih baik, ada beberapa hal
yang dapat Indonesia pelajari dari sistem pendidikan Jepang. Sekolah dasar di
Jepang memiliki program makan siang bersama di sekolah. Program ini dinamakan ‘kyushoku’ (makan bersama). Program ini, pada
umumnya, difasilitasi oleh pemerintah. Sebelum jam makan siang bersama, para
siswa akan berpartisipasi untuk menyiapkan makanan, menata meja, membagikan
makanan, dan juga membersihkan ruangan sesuai dengan jadwal piket yang telah ditentukan.
Setelah setiap siswa mendapatkan bagiannya masing-masing, mereka akan makan
bersama di kelas dengan menjaga kebersihannya. Melalui rangkaian kegiatan yang
dilaksanakan setiap hari, siswa tentunya dapat mengembangkan keterampilan
pekerjaan rumah tangga, kerja sama, tanggung jawab dan juga rasa kekeluargaan
yang terjaga.
Transportasi Jepang dan Kepentingan Umum
Selain iu, pelajaran mengenai sikap dan moral juga ditekankan di sekolah
Jepang. Hal ini ditujukan untuk mengembangkan karakter dan kepribadian siswa
yang baik dan berkualitas. Transportasi juga merupakan salah satu hal yang
berkaitan dengan sistem pendidikan di Jepang. Fasilitas transportasi umum
seperti bus dan kereta mempermudahkan para siswa untuk menuju sekolah. Transportasi
umum ini memiliki rute perjalanan yang menjangkau banyak tempat dan memiliki
jadwal pemberangkatan, sehingga siswa yang memiliki rumah yang jauh dari
sekolahnya dapat sampai di sekolahnya dengan tepat waktu.
Sebagai tambahan, masyarakat di Jepang lebih sering menggunakan
transportasi umum dan bersepeda
dibandingkan menggunakan kendaraan pribadi. Transportasi publik yang memadai
ini tentunya memiliki banyak dampak positif, seperti mengurangi kemacetan, hemat,
dan juga memiliki efek yang baik bagi lingkungan sekitar. Fasilitas umum yang
lain adalah perpustakaan. Dari satu sumber mengatakan di Jepang memiliki
perpustakaan 3000-an. Fasilitas ini bisa memenuhi kebutuhan tingkat literasi
Jepang. Sehingga literasi Jepang cukup tinggi. Menurut data yang ada, tingkat literasi
baca anak Indonesia agak rendah. Mungkinkah kita bisa belajar dari Jepang?
Pelajaran Gotong Royong dan Kebhinekaan dari Indonesia
Sebaliknya, pelajaran apa yang dapat diambil oleh Jepang dari Indonesia?
Sebenarnya, Jepang juga dapat belajar banyak dari Indonesia. Kita tahu bahwa, Indonesia
memiliki suku dan etnis yang beragam. Maka, salah satu pelajaran penting bagi Jepang
adalah belajar mengenai toleransi masyarakat Indonesia. Kita bisa lihat
bersama, masyarakat Indonesia saling berbaur. Terkadang, tak peduli suku,
agama, ras, ataupun asal muasalnya. Hal ini juga dapat dilihat dari kehidupan
sehari-hari anak sekolah. Mereka cenderung menjalin hubungan pertemanan tanpa
memandang latar belakangnya. Kelompok-kelompok di dalam kelas tentunya ada,
namun hal ini tidak menutup kemungkinan siswa-siswi tetap berteman dan akrab satu
sama lainnya.
Selain itu, dasar negara bangsa Indonesia adalah Pancasila. Sebagai salah
satu nilai dalam Pancasila. Indonesia memegang teguh nilai yang terkandung
dalam Pancasila ini. Di antaranya, masyarakat Indonesia memegang prinsip gotong
royong dan juga ‘Bhinneka Tunggal Ika,’ berbeda-beda, tapi tetap satu jua. Saya
yakin, nilai kebersamaan yang terkandung dalam Pancasila ini layak dipelajari
Jepang dari Indonesia. Mengingat Jepang memiliki tingkat perundungan antar
remaja yang tinggi. Belajar dari tingkat toleransi masyarakat Indonesia yang
tinggi. Selain itu, nilai kebersamaan Indonesia yang tinggi, siapa tahu dapat dijadikan
satu contoh penting untuk solusi mengurangi tingkat perundungan yang tinggi
antar remaja di Jepang?
Sebagai penututup, kedua negara memang memiliki
kebudayaan yang berbeda. Tetapi pada kenyataannya, berhasil menjalin hubungan
persahabatan yang erat dan lama. Maka, jika kedua negara saling mempelajari dan
memahami satu sama lain, saling menginspirasi, dan juga saling membantu, maka hubungan
kedua negara sahabat ini tentunya dapat mengarahkan ke masa depan yang lebih
cerah.
Komentar
Posting Komentar